Minggu, 16 Desember 2012

direct instruction


A.    Pengertian Pengajaran langsung (Direct Instruction)
Model Pengajaran Langsung (Direct Intruction) merupakan suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Pendekatan mengajar ini sering disebut Model Pengajaran Langsung (Kardi dan Nur, 2000: 2). Arends (2001: 264) juga mengatakan hal yang sama yaitu: ”A teaching model that is aimed at helping student learn basic skills and knowledge that can be taught in a step-by-step fashion. For our purposes here, the model is labeled the direct instruction model”. Apabila guru menggunakan model pengajaran langsung ini, guru mempunyai tanggung jawab untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang besar terhadap penstrukturan isi/ materi atau keterampilan, menjelaskan kepada siswa, pemodelan/ mendemonstrasikan yang dikombinasikan dengan latihan, memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta memberikan umpan balik.
Model pengajaran langsung (direct instruction) secara empirik dilandasi oleh teori belajar yang berasal dari rumpun perilaku (behavior family). Teori belajar perilaku menekankan pada perubahan perilaku sebagai hasil belajar yang dapat diobservasi. Menurut teori ini, belajar bergantung pada pengalaman termasuk pemberian umpan balik dari lingkungan. Prinsip penggunaan teori perilaku ini dalam belajar adalah pemberian penguatan yang akan meningkatkan perilaku yang diharapkan. Penguatan melalui umpan balik kepada siswa merupakan dasar praktis penggunaan teori ini dalam pembelajaran.
Model pengajaran langsung ini dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Hal yang sama dikemukakan oleh Arends (1997:66) bahwa: “The direct instruction model was specifically designed to promote student learning of procedural knowledge and declarative knowledge that is well structured and can be taught in a step-by-step fashion”.
Lebih lanjut Arends (2001:265) menyatakan bahwa: ”Direct instruction is a teacher-centered model that has five steps:establishing set, explanation and/or demonstration, guided practice, feedback, and extended practice. A direct instruction lesson requires careful orchestration by the teacher and a learning environment that businesslike and task-oriented”.
Pemikiran mendasar dari model pengajaran langsung adalah bahwa siswa belajar dengan mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan tingkah laku gurunya. Atas dasar pemikirian tersebut hal penting yang harus diingat dalam menerapkan model pengajaran langsung adalah menghindari menyampaikan pengetahuan yang terlalu kompleks. 
Model pengajaran direct instruction mengutamakan pendekatan deklaratif dengan titik berat pada proses belajar konsep dan keterampilan motorik. Model pengajaran direct instruction menciptakan suasana pembelajaran yang lebih terstruktur.
Kardi dan Nur melalui Trianto (2007 : 29) menyatakan bahwa :
Ciri-ciri Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) adalah sebagai berikut :
  • Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian belajar
  • Sintaks/ pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
  • Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang diperlukan agar kegiatan tertentu dapat berlangsung dengan berhasil.
B.     Ikhtisar Pengajaran Langsung (Overview of Direct Instruction)
§  Tujuan Hasil Belajar Siswa (Instructional Goals and Learner Outcomes)
Sebagian besar tugas guru ialah membantu siswa memperoleh pengetahuan prosedural, yaitu pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu, misalnya bagaimana cara menggunakan neraca lengan (Ohauss), dan bagaimana melakukan sesuatu eksperimen. Guru juga membantu siswa untuk memahami pengetahuan deklaratif, yaitu pengetahuan tentang sesuatu (dapat diungkapkan dengan kata-kata), misalnya nama-nama bagian neraca Ohauss.
Model pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Menghafal hukum atau rumus tertentu dalam sains merupakan contoh pengetahuan deklaratif sederhana. Sedangkan bagimana cara mengoperasikan alat-alat ukur dalam sains merupakan contoh pengetahuan prosedural.
Dalam banyak hal, penguasaan terhadap pengetahuan dasar prosedural dan deklaratif terdiri atas penguasaan kegiatan khusus dan kegiatan berurutan. Misalnya, agar siswa terampil menggunakan neraca Ohauss untuk mengukur massa, memerlukan pengetahuan deklaratif tentang nama-nama bagian neraca Ohauss dan juga pengatahuan prosedural seperti bagaimana mengenolkan neraca, menggeser anak timbang, dan membaca skala.
Selain model pengajaran langsung efektif untuk digunakan agar siswa menguasai suatu pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif sederhana, model ini juga efektif untuk mengembangkan keterampilan belajar siswa. Beberapa keterampilan belajar siswa yang harus dikembangkan oleh guru, seperti menggarisbawahi, membuat catatan, dan membuat rangkuman.
§  Tingkah Laku Mengajar (Syntax)
Pada model pembelajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting. Guru mengawali pelajaran dengan pekerjaan tentang tujuan dan latar belakang pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru.
Fase persiapan dan motivasi ini kemudian diikuti oleh presentasi materi ajar yang diajarkan atau demonstrasi tentang keterampilan tertentu. Pelajaran ini termasuk juga pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan dan pemberian umpan balik tertentu, guru perlu selalu mencoba memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari kedalam situasi kehidupan nyata. Rangkuman kelima fase tersebut dapat dilihat pada table 1.
TABEL 1. SINTAKS MODEL PENGAJARAN LANGSUNG
FASE-FASE
PERILAKU GURU
FASE 1
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
Guru menyampaikan tujuan, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran ini, mempersiapkan siswa untuk belajar
FASE 2
Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan
Guru mendemonstrasikan keterampilan yang benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap
FASE 3
Membimbing pelatihan
Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal
FASE 4
Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik
FASE 5
Memberikan kesempatan untuk pelatihan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.

§  Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan (Learning Environment and Management System)
Pengajaran langsung memerlukan memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang sangat hati-hati di pihak guru. Agar efektif, pengajaran langsung mensyaratkan tiap detil keterampilan atau isi didefinisikan secara seksama. Demonstrasi dan jadwal pelatihan juga harus direncanakan dan dilaksanakan secara seksama.
Meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh guru dan siswa, model ini terutama berpusat pada guru. Sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa, terutama melalui memperhatikan, mendengarkan, dan resitasi (tanya jawab) yang terencana. Ini tidak berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter, dingin, dan tanpa humor. Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan member harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik.
C.    Teori dan Pengetahuan Pendukung (Theoritical and Empirical Support)
  1. Analisis Sistem (System Analisis)
Dalam sebuah proses pembelajaran sebgai suatu system, analisis system menekan pada bagaimana pengorganisasian pengetahuan dan keterampilan, dan bagaimana menguraikan secara sistematik keterampilan kompleks dan ide-ide menjadi komponen-komponen sehingga dapat diajarkan secara berurutan. Gagne dan Leslie Briggs (1987) mengemukakan pandangannya tentang hal ini “pengajaran yang dirancang secara sistematik akan berpengaruh besar terhadap perkembangan individu. Beberapa pakar pendidikan mengemukakan, bahwa pendidikan akan menjadi paling baik jika dirancang hanya untuk memberikan kesempatan kepada siswa memproleh lingkungan belajar yang menunjang dan berkembang sesuai dengan kemampuan dan aktifitasnya sendiri tanpa adanya paksaan apapun. Kita menganggap hal tersebut merupakan pandangan yang keliru. Pembelajaran yang tidak diarahkan, menurut mereka. Mungkin sekali membawa perkembangan banyak individu oleh karena satu dan lain hal menajdi tidak kompeten dalam mencapai kepuasan pribadi dan kehidupan masyarakat sekarang atau masa yang akan datang” ·
  1. Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory)
Metode direct intruction (DI) merupakan aplikasi dari teori belajar sosial yang menjelaskan bahwa manusia itu belajar dari suatu model. Menurut Bandura Wartono, 2004: 3-7) : “Ada empat (4) fase belajar dari model”, yang dapat dirangkum sebagai berikut:
a)       Fase Perhatian (Attentional phase)
Fase pertama dalam belajar pemodelan adalah memberikan perhatian pada suatu model. Ciri-ciri tingkah laku yang mempengaruhi atensi adalah kompleksitas dan relevansinya.
b)      Fase Retensi (Retention phase)
Fase ini bertanggung jawab atas pengkodean tingkah laku model dan menyimpan kode-kode itu di dalam ingatan (memori jangka panjang). Suatu proses retensi yang paling penting adalah pengulangan.
c)       Fase Produksi (Production phase)
Dalam fase ini, bayangan atau kode-kode dalam memori membimbing penampilan yang sebenarnya dari tingkah laku yang baru diamati (diperoleh). Fase produksi ini juga dipengaruhi oleh tingkat perkembangan individu.
d)      Fase Motivasi (Motivational phase)
Fase motivasi atau penguatan seringkali berupa pujian atau angka untuk penyesuaian dengan model (guru). Si pengamat akan meniru suatu model apabila mereka merasa bahwa dengan berbuat seperti model, mereka akan memperoleh penguatan.
Dari 4 fase belajar diatas maka diharapkan siswa memperhatikan model itu (atensi), melakukan (retensi), dan menampilkannya (reproduksi), sebab mereka mengetahui bahwa inilah yang disukai guru dan menyenangkan guru (motivasi).

  1. Penelitian Efektifitas Guru (Teacher Effectiveness Research)
Yaitu penelitian yang mempelajari hubungan perilaku guru dan hasil belajar siswa. Stalling menyatakan: Pentingnya waktu berada dalam tugas atau time on task. Hasil penelitian yang paling penting yaitu bahwa waktu terjadwal dan penggunaan tugas-tugas spesifik berhubungan kuat dengan hasil belajar akademik, dan guru yang menggunakan strategi yang berpusat pada guru lebih berhasil dalam mendapatkan tingkat keterlibatan tinggi siswa.
D.    Langkah-langkah Pembelajaran Pengajaran Langsung (Conducting Direct Instruction Lessons)
Uraian   secara   lengkap   dari   tahap-tahap   pembelajaran   dengan   metode direct instruction adalah sebagai berikut :
a)       Merencanakan tugas-tugas belajar
(1)    Menyiapkan Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran yang baik adalah didasarkan pada siswa dan spesifik artinya spesifik dalam situasi tertentu dan dapat mengindentifikasikan ketrampilan yang diharapkan.
(2)    Memilih Isi Pelajaran
Pemilihan isi pelajaran dapat dilakukan dengan melihat kerangka kerja atau dari petunjuk kurikulum dan beberapa sumber buku bacaan.
(3)    Menyajikan Analisis Data
Suatu analisis tugas adalah suatu tugas yang terlihat sulit dan komplek yang tidak dapat dipelajari pada suatu waktu tertentu. Untuk mempermudah analisis tugas maka guru pada awalnya membagi kedalam beberapa bagian sehingga dapat diajarkan kepada siswa secara berurutan dan tersusun secara masuk akal, secara bertahap demi tahap. Analisis tugas ini membantu guru mendefinisikan secara tepat apa yang dibutuhkan siswa sehingga siswa dapat memperoleh ketrampilan yang diinginkan.
(4)    Merencanakan Waktu dan Ruang
Merencanakan waktu dan ruang seharusnya menjadi hal yang pokok bagi guru, Karena oleh beberapa alasan yaitu :
(a)    Alokasi waktu dapat digunakan untuk menentukan kemampuan dan ketrampilan yang akan diperoleh siswa dalam kelas.
(b)    Alokasi waktu dapat mendorong siswa untuk lebih memperhatikan penjelasan dan tugas selama pelajaran berlangsung.
b)      Tugas-tugas Interaktif
(1)   Menyediakan Bahan Pelajaran
Secara umum, isi dari fase ini adalah mendapatkan perhatian siswa dan dorongan mereka untuk aktif pada saat proses pembelajaran di kelas. Selain itu guru juga memberikan motivasi dan tanggung jawab akademis kepada siswa agar mereka dapat berpartisipasi selama proses pembelajaran berlangsung.
(2)   Menyajikan dan Mendemonstrasikan
(1)   Mencapai Kejelasan
Kebiasaan guru di dalam mengajar akan mempengaruhi proses pembelajaran karena kemampuan guru di dalam menjelaskan secara gamblang dan spesifik membuat siswa dapat belajar dengan lebih baik.
(2)   Memimpin Demonstrasi
Untuk mendemonstrasikan suatu konsep atau ketrampilan tertentu secara efektif, guru dapat melakukannya dengan kemampuan yang telah diperoleh pada saat latihan-latihan sebelum ia mengajar di kelas.
(3)   Menyediakan Latihan Terbimbing
Beberapa prinsip yang dapat membimbing guru untuk menyediakan
latihan adalah :
1)      Memberikan beberapa latihan pendek dan bermakna
2)      Memberikan latihan untuk memperluas pemahaman
3)      Lebih memperhatikan keuntungan dan kerugian dari seluruh latihan yang diberikan serta menyelesaikan latihan tingkat awal.
(4)   Memeriksa Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik
Fase ini sangat berkaitan erat dengan resitasi. Seringkali fase ini dikarakterisasikan oleh guru dengan menanyakan kepada siswa dengan suatu pertanyaan dan siswa akan menjawab pertanyaan tersebut yang mereka pikir benar. Selanjutnya guru akan menanggapi jawaban yang diberikan siswa. Bagian ini merupakan aspek yang penting dari metode pembelajaran direct instruction, karena tanpa mentehaui hasil atau ketrampilan siswa, latihan yang diberikan guru akan kurang erharga atau sia-sia guru dapat menyediakan umpan balik secara langsung maupun tidak langsung. Menyediakan umpan balik yang efektif dalam kelas yang besar dapat ditempuh dengan :
(a)    Menyediakan umpan balik
(b)   Membuat umpan balik secara spesifik
(c)    Memusatkan kepada ketrampilan atau tingkah laku
(d)   Menjaga umpan balik secara tepat untuk membangun tingkat perkembangan siswa.
(e)    Penekanan pada pemberian pujian pada saat umpan balik menunjukkan tampilan yang benar.
(f)    Ketika memberikan umpan balik yang menunjukkan tempilan yang salah, maka guru memperlihatkan bagaimana memberikan jawaban atau tampilan yang benar.
(g)   Membantu siswa untuk lebih menitik beratkan pada proses bukan pada hasil tampilan atau jawaban.
(h)   Mengajari siswa bagaimana memberikan umpan balik dan mengukur kemampuan siswa yang lain.
Tood (1999: 90) memberikan beberapa alasan yang menjelaskan pentingnya umpan balik, di antaranya adalah:
(a)    Umpan balik adalah salah satu bagian dari interaksi kelas yang tidak dapat dihindarkan oleh guru.
(b)   Umpan balik dapat digunakan oleh guru untuk mengetahui tingkat perkembangan ketrampilan dan proses belajar siswa.
(c)    Umpan balik dapat menyediakan kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
(5)   Menyediakan Latihan Mandiri
Seringkali latihan mandiri diberikan kepada siswa sebagai fase terakhir dari metode pembelajaran direct instruction dalam bentuk pekerjaan rumah (PR). Pekerjaan rumah atau latihan mandiri adalah suatu kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan ketrampilan atau kemampuan baru yang telah diperoleh, yang seharusnya digambarkan sebagai lanjutan dari latihan terbimbing. Latihan mandiri dapat digunakan untuk meperluas waktu belajar siswa. Lathan mandiri seharusnya tidak diberikan dengan ceroboh. Jika guru tidak menghargainya maka siswa juga berbuat demikian. Petunjuk umum untuk memberikan latihan mandiri yang diberikan dalam bentuk PR adalah :
(a)    Memberikan siswa PR yang dapat mereka kerjakan dengan baik.
(b)   Memberikan kepada orang tua, sehingga dapat diketahui tingkat keterlibatan mereka.
(c)    Memberikan umpan balik pada PR yang diberikan.
Langkah-langkah pembejaran dengan metode pembelajaran direct instruction juga diberikan oleh Slavin ( 1997 : 232 ) sebagai berkut :
(1)   Menetapkan tujuan pembelajaran dengan mengarahkan siswa pada pelajaran. Memberitahukan siswa apa yang akan mereka pelajari dan ketrampilan atau kemampuan apa yang akan diharapkan.
(2)   Merangsang keinginan siswa, terhadap pelajaran dengan memberitahukan meraka seberapa menarik, penting dan relevan materi pelajaran tersebut bagi mereka.
(3)   Memeriksa pelajaran masyarakat. Memeriksa beberapa ketrampilan atau konsep-konsep yang dibutuhkan pada materi pelajaran yang akan diberikan.
(4)   Menyajikan materi pelajaran baru. Mengajarkan materi pelajaran, menyajikan informasi, memberikan contoh, mendemonstrasikan konsep dan sebagainya.
(5)   Mengadakan penyidikan pengajaran. Memberikan pertanyaan kepada siswa untuk menilai tingkat pemahaman siswa dan membenarkan konsep yang salah.
(6)   Menyediakan siswa untuk kesempatan untuk melatih ketrampilan baru atau menggunakan informasi baru pada latihan mereka.
(7)   Menilai ketrampilan dan memberikan umpan balik. Memeriksa hasil mandiri atau memberikan pertanyaan. Memberikan umpan balik pada jawaban yang benar dan mengajar ulang jika dibutuhkan.
(8)   Menyediakan dan memeriksa latihan yang terdistribusi. Memberikan PR untuk menyediakan latihan terdistribusi pada materi baru, selanjutnya mengadakan pemeriksaan pada jam pelajaran berikutnya. Menyediakan kesempatan siswa untuk berlatih dimana siswa akan dapat mengingat apa yang telah dipelajari dan menerapkan pada situasi yang berbeda.
Dalam penelitian ini, menggunakan langkah-langkah pembelajaran dari Slavin, (1997), dengan pertimbangan langkah-langkah pembelajaran yang diberikan lebih spesifik dan jelas urutanya. Namun penulis juga menggunakan langkah-langkah pembelajaran yang telah disebutkan di atas sebagai bahan kajian, pertimbangan dan batasan pada saat penulis melaksanakan proses pembelajaran di kelas.
E.     Lingkungan Pembelajaran dan Pengelolaannya (Learning Environment and Management Tasks)
Guru menyusun lingkungan pembelajaran secara sangat ketat dan diharapkan siswa menjadi pengamat dan pendengar seksama.
Kepedulian pengelolaan kelas yang meliputi pengorganisasian tatanan kelas, mempertahankan kecepatan mengajar, aliran, momentum yang sesuai mempertahankan keterlibatan dan partisipasi, penanganan perilaku siswa yang menyimpang dengan tepat.
Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang sangat hati-hati di pihak guru agar efektif, pengajaran langsung mensyaratkan tiap detail keterampilan atau isi didefenisikan secara secara seksama dan demonstrasi serta jadwal pelatihan direrncanakan dan dilaksanakan secara seksama (Kardi dan Nur, 2000: 8). Menurut Kardi dan Nur (2000: 8-9), meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh gur dan siswa, model ini terutama berpusat pada guru. Sistem pengolahan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa terutama melalui memperhatikan, mendengarkan, dan resitasi (tanya jawab) yang terencana. Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik. Sumber yang digunakan pada pengajaran langsung antara lain buku panduan yang relevan, dapat juga menggunakan alat demonstrasi yang sesuai dengan materi pelajaran, seperti mikroskop.
F.     Assesmen dan Evaluasi (Assesment and Evaluation)
Model pengajaran langsung paling cocok digunakan untuk mengajar keterampilan dan pengetahuan yang diajarkan langkah demi langkah.
Evaluasi seharusnya memfokuskan pada tes kinerja yang lebih mengukur perkembangan keterampilan daripada tes tertulis yang mengukur pengetahuan deklaratif.
Siswa dapat menuntaskan keterampilan yang diajarkan jika guru menggunakan prosedur evaluasi berbasis kinerja.
Tugas-tugas assesmen yang berkaitan langsung dengan dengan model pengajaran langsung memberi tekanan pada praktik dan pada pengembangan dan penggunaan pengetahuan dasar yang sesuai dan tes kinerja yang secara akurat mengukur ketrampilan sederhana dan kompleks serta memberi umpan balik kepada siswa.


G.    Kelebihan dan Kekurangan Pengajaran Langsung
Secara umum tiap-tiap model pembelajaran tentu terdapat kelebihan-kelebihan yang membuat model pembelajaran tersebut lebih baik digunakan dibanding dengan model pembelajaran yang lainnya. Seperti halnya pada model Direct Instruction pun mempunyai beberapa kelebihan yang disajikan sebagai berikut:
  1. Dengan model pembelajaran direct instruction, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.
  2. Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah sekalipun.
  3. Model ini dapat digunakan untuk membangun model pembelajaran dalam bidang studi tertentu. Guru dapat menunjukan bagaimana suatu permasalahan dapat didekati, bagaimana informasi dianalisis, bagaimana suatu pengetahuan dihasilkan.
  4. Model pembelajaran direct instruction menekankan kegiatan mendengarkan (melalui ceramah) dan kegiatan mengamati (melalui demonstrasi), sehingga membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini.
  5. Model Pembelajaran Direct Instruction (terutama kegiatan demonstrasi) dapat memberikan tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan antara teori (hal yang seharusnya) dan observasi (kenyataan yang terjadi).
  6. Model ini dapat diterapkan secara efektif dalam kelas besar maupun kelas yang kecil.
  7. Siswa dapat mengetahui tujuan-tujuan pembelajaran dengan jelas.
  8. Waktu untuk berbagi kegiatan pembelajaran dapat dikontrol dengan ketat.
  9. Dalam model ini terdapat penekanan pada pencapaian akademik.
  10. Kinerja siswa dapat dipantau secara cermat.
  11. Umpan balik bagi siswa berorientasi akademik.
  12. Model pembelajaran direct instruction dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa.
  13. Model pembelajaran direct instruction dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan factual dan terstruktur.
Selain mempunyai kelebihan-kelebihan, pada setiap model pembelajaran akan ditemukan keterbatasan-keterbatasan. Begitu pula dengan model pengajaran direct instruction. Keterbatasan-keterbatasan model pengajaran direct instruction adalah sebagai berikut:
  1. Karena guru memaikan peranan pusat dalam model ini, maka kesuksesan pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran akan terhambat.
  2. Model pengajaran direct instruction sangat bergantung pada gaya komunikasi guru. Komunikator yang kurang baik cenderung menjadikan pembelajaran yang kurang baik pula.
  3. Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci atau abstrak, model pengajaran direct instruction mungkin tidak dapat memberikan siswa kesempatan yang cukup untuk memproses dan memahami informasi yang disampaikan.
  4. Jika terlalu sering digunakan model pengajaran direct instruction akan membuat siswa percaya bahwa guru akan memberitahu siswa sesmua yang perlu diketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab mengenai pemebelajan siswa itu sendiri.
  5. Demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan pengamatan siswa. Sayangnya, banyak siswa bukanlah merupakan pengamat yang baik sehingga dapat melewatkan hal-hal yang dimaksudkan oleh guru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar