A.
Pengertian
Pengajaran langsung (Direct Instruction)
Model
Pengajaran Langsung (Direct Intruction) merupakan suatu pendekatan mengajar
yang dapat membantu siswa dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi
yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Pendekatan mengajar ini sering
disebut Model Pengajaran Langsung (Kardi dan Nur, 2000: 2). Arends (2001: 264)
juga mengatakan hal yang sama yaitu: ”A
teaching model that is aimed at helping student learn basic skills and
knowledge that can be taught in a step-by-step fashion. For our purposes here,
the model is labeled the direct instruction model”. Apabila guru
menggunakan model pengajaran langsung ini, guru mempunyai tanggung jawab untuk
mengidentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang besar terhadap
penstrukturan isi/ materi atau keterampilan, menjelaskan kepada siswa,
pemodelan/ mendemonstrasikan yang dikombinasikan dengan latihan, memberikan
kesempatan pada siswa untuk berlatih menerapkan konsep atau keterampilan yang
telah dipelajari serta memberikan umpan balik.
Model
pengajaran langsung (direct instruction)
secara empirik dilandasi oleh teori belajar yang berasal dari rumpun perilaku (behavior family). Teori belajar perilaku
menekankan pada perubahan perilaku sebagai hasil belajar yang dapat
diobservasi. Menurut teori ini, belajar bergantung pada pengalaman termasuk
pemberian umpan balik dari lingkungan. Prinsip penggunaan teori perilaku ini
dalam belajar adalah pemberian penguatan yang akan meningkatkan perilaku yang
diharapkan. Penguatan melalui umpan balik kepada siswa merupakan dasar praktis
penggunaan teori ini dalam pembelajaran.
Model
pengajaran langsung ini dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa
yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang
terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang
bertahap, selangkah demi selangkah. Hal yang sama dikemukakan oleh Arends
(1997:66) bahwa: “The direct instruction
model was specifically designed to promote student learning of procedural
knowledge and declarative knowledge that is well structured and can be taught
in a step-by-step fashion”.
Lebih lanjut
Arends (2001:265) menyatakan bahwa: ”Direct
instruction is a teacher-centered model that has five steps:establishing set,
explanation and/or demonstration, guided practice, feedback, and extended
practice. A direct instruction lesson requires careful orchestration by the
teacher and a learning environment that businesslike and task-oriented”.
Pemikiran
mendasar dari model pengajaran langsung adalah bahwa siswa belajar dengan
mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan tingkah laku gurunya. Atas
dasar pemikirian tersebut hal penting yang harus diingat dalam menerapkan model
pengajaran langsung adalah menghindari menyampaikan pengetahuan yang terlalu
kompleks.
Model
pengajaran direct instruction
mengutamakan pendekatan deklaratif dengan titik berat pada proses belajar
konsep dan keterampilan motorik. Model pengajaran direct instruction menciptakan suasana pembelajaran yang lebih
terstruktur.
Kardi dan
Nur melalui Trianto (2007 : 29) menyatakan bahwa :
Ciri-ciri
Model Pengajaran Langsung (Direct
Instruction) adalah sebagai berikut :
- Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian belajar
- Sintaks/ pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
- Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang diperlukan agar kegiatan tertentu dapat berlangsung dengan berhasil.
B.
Ikhtisar
Pengajaran Langsung (Overview of Direct
Instruction)
§ Tujuan
Hasil Belajar Siswa (Instructional Goals
and Learner Outcomes)
Sebagian besar tugas guru ialah
membantu siswa memperoleh pengetahuan prosedural, yaitu pengetahuan tentang
bagaimana melakukan sesuatu, misalnya bagaimana cara menggunakan neraca lengan
(Ohauss), dan bagaimana melakukan sesuatu eksperimen. Guru juga membantu siswa
untuk memahami pengetahuan deklaratif, yaitu pengetahuan tentang sesuatu (dapat
diungkapkan dengan kata-kata), misalnya nama-nama bagian neraca Ohauss.
Model pengajaran langsung dirancang
secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural
dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari
selangkah demi selangkah. Menghafal hukum atau rumus tertentu dalam sains
merupakan contoh pengetahuan deklaratif sederhana. Sedangkan bagimana cara
mengoperasikan alat-alat ukur dalam sains merupakan contoh pengetahuan prosedural.
Dalam banyak hal, penguasaan
terhadap pengetahuan dasar prosedural dan deklaratif terdiri atas penguasaan
kegiatan khusus dan kegiatan berurutan. Misalnya, agar siswa terampil
menggunakan neraca Ohauss untuk mengukur massa, memerlukan pengetahuan
deklaratif tentang nama-nama bagian neraca Ohauss dan juga pengatahuan prosedural
seperti bagaimana mengenolkan neraca, menggeser anak timbang, dan membaca
skala.
Selain model pengajaran langsung
efektif untuk digunakan agar siswa menguasai suatu pengetahuan prosedural dan
pengetahuan deklaratif sederhana, model ini juga efektif untuk mengembangkan
keterampilan belajar siswa. Beberapa keterampilan belajar siswa yang harus
dikembangkan oleh guru, seperti menggarisbawahi, membuat catatan, dan membuat
rangkuman.
§ Tingkah
Laku Mengajar (Syntax)
Pada model pembelajaran langsung
terdapat lima fase yang sangat penting. Guru mengawali pelajaran dengan
pekerjaan tentang tujuan dan latar belakang pembelajaran, serta mempersiapkan
siswa untuk menerima penjelasan guru.
Fase persiapan dan motivasi ini
kemudian diikuti oleh presentasi materi ajar yang diajarkan atau demonstrasi
tentang keterampilan tertentu. Pelajaran ini termasuk juga pemberian kesempatan
kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik terhadap keberhasilan
siswa. Pada fase pelatihan dan pemberian umpan balik tertentu, guru perlu
selalu mencoba memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan
atau keterampilan yang dipelajari kedalam situasi kehidupan nyata. Rangkuman
kelima fase tersebut dapat dilihat pada table 1.
TABEL 1.
SINTAKS MODEL PENGAJARAN LANGSUNG
FASE-FASE
|
PERILAKU
GURU
|
FASE 1
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
|
Guru
menyampaikan tujuan, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran
ini, mempersiapkan siswa untuk belajar
|
FASE 2
Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan
|
Guru mendemonstrasikan keterampilan yang benar, atau
menyajikan informasi tahap demi tahap
|
FASE 3
Membimbing pelatihan
|
Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan
awal
|
FASE 4
Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
|
Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas
dengan baik, memberi umpan balik
|
FASE 5
Memberikan kesempatan untuk pelatihan untuk
pelatihan lanjutan dan penerapan
|
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan
lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih
kompleks dan kehidupan sehari-hari.
|
§ Lingkungan
Belajar dan Sistem Pengelolaan (Learning
Environment and Management System)
Pengajaran langsung memerlukan
memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang sangat hati-hati di pihak guru.
Agar efektif, pengajaran langsung mensyaratkan tiap detil keterampilan atau isi
didefinisikan secara seksama. Demonstrasi dan jadwal pelatihan juga harus
direncanakan dan dilaksanakan secara seksama.
Meskipun tujuan pembelajaran dapat
direncanakan bersama oleh guru dan siswa, model ini terutama berpusat pada
guru. Sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin
terjadinya keterlibatan siswa, terutama melalui memperhatikan, mendengarkan,
dan resitasi (tanya jawab) yang terencana. Ini tidak berarti bahwa pembelajaran
bersifat otoriter, dingin, dan tanpa humor. Ini berarti bahwa lingkungan
berorientasi pada tugas dan member harapan tinggi agar siswa mencapai hasil
belajar dengan baik.
C.
Teori
dan Pengetahuan Pendukung (Theoritical
and Empirical Support)
- Analisis Sistem (System Analisis)
Dalam sebuah proses
pembelajaran sebgai suatu system, analisis system menekan pada bagaimana
pengorganisasian pengetahuan dan keterampilan, dan bagaimana menguraikan secara
sistematik keterampilan kompleks dan ide-ide menjadi komponen-komponen sehingga
dapat diajarkan secara berurutan. Gagne dan Leslie Briggs (1987) mengemukakan
pandangannya tentang hal ini “pengajaran yang dirancang secara sistematik akan
berpengaruh besar terhadap perkembangan individu. Beberapa pakar pendidikan
mengemukakan, bahwa pendidikan akan menjadi paling baik jika dirancang hanya
untuk memberikan kesempatan kepada siswa memproleh lingkungan belajar yang
menunjang dan berkembang sesuai dengan kemampuan dan aktifitasnya sendiri tanpa
adanya paksaan apapun. Kita menganggap hal tersebut merupakan pandangan yang
keliru. Pembelajaran yang tidak diarahkan, menurut mereka. Mungkin sekali
membawa perkembangan banyak individu oleh karena satu dan lain hal menajdi
tidak kompeten dalam mencapai kepuasan pribadi dan kehidupan masyarakat sekarang
atau masa yang akan datang” ·
- Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory)
Metode direct
intruction (DI) merupakan aplikasi dari teori belajar sosial yang
menjelaskan bahwa manusia itu belajar dari suatu model. Menurut Bandura
Wartono, 2004: 3-7) : “Ada empat (4) fase belajar dari model”, yang dapat
dirangkum sebagai berikut:
a) Fase
Perhatian (Attentional phase)
Fase pertama dalam
belajar pemodelan adalah memberikan perhatian pada suatu model. Ciri-ciri
tingkah laku yang mempengaruhi atensi adalah kompleksitas dan relevansinya.
b) Fase
Retensi (Retention phase)
Fase ini bertanggung
jawab atas pengkodean tingkah laku model dan menyimpan kode-kode itu di dalam
ingatan (memori jangka panjang). Suatu proses retensi yang paling penting
adalah pengulangan.
c) Fase
Produksi (Production phase)
Dalam fase ini,
bayangan atau kode-kode dalam memori membimbing penampilan yang sebenarnya dari
tingkah laku yang baru diamati (diperoleh). Fase produksi ini juga dipengaruhi
oleh tingkat perkembangan individu.
d) Fase
Motivasi (Motivational phase)
Fase motivasi atau
penguatan seringkali berupa pujian atau angka untuk penyesuaian dengan model
(guru). Si pengamat akan meniru suatu model apabila mereka merasa bahwa dengan
berbuat seperti model, mereka akan memperoleh penguatan.
Dari 4 fase belajar
diatas maka diharapkan siswa memperhatikan model itu (atensi), melakukan
(retensi), dan menampilkannya (reproduksi), sebab mereka mengetahui bahwa
inilah yang disukai guru dan menyenangkan guru (motivasi).
- Penelitian Efektifitas Guru (Teacher Effectiveness Research)
Yaitu penelitian yang
mempelajari hubungan perilaku guru dan hasil belajar siswa. Stalling
menyatakan: Pentingnya waktu berada dalam tugas atau time on task. Hasil penelitian yang paling penting yaitu bahwa
waktu terjadwal dan penggunaan tugas-tugas spesifik berhubungan kuat dengan
hasil belajar akademik, dan guru yang menggunakan strategi yang berpusat pada
guru lebih berhasil dalam mendapatkan tingkat keterlibatan tinggi siswa.
D.
Langkah-langkah
Pembelajaran Pengajaran Langsung (Conducting
Direct Instruction Lessons)
Uraian
secara lengkap dari
tahap-tahap pembelajaran dengan
metode direct instruction adalah sebagai berikut :
a) Merencanakan
tugas-tugas belajar
(1) Menyiapkan
Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran
yang baik adalah didasarkan pada siswa dan spesifik artinya spesifik dalam
situasi tertentu dan dapat mengindentifikasikan ketrampilan yang diharapkan.
(2) Memilih
Isi Pelajaran
Pemilihan isi pelajaran
dapat dilakukan dengan melihat kerangka kerja atau dari petunjuk kurikulum dan
beberapa sumber buku bacaan.
(3) Menyajikan
Analisis Data
Suatu analisis tugas
adalah suatu tugas yang terlihat sulit dan komplek yang tidak dapat dipelajari
pada suatu waktu tertentu. Untuk mempermudah analisis tugas maka guru pada
awalnya membagi kedalam beberapa bagian sehingga dapat diajarkan kepada siswa
secara berurutan dan tersusun secara masuk akal, secara bertahap demi tahap.
Analisis tugas ini membantu guru mendefinisikan secara tepat apa yang
dibutuhkan siswa sehingga siswa dapat memperoleh ketrampilan yang diinginkan.
(4) Merencanakan
Waktu dan Ruang
Merencanakan waktu dan
ruang seharusnya menjadi hal yang pokok bagi guru, Karena oleh beberapa alasan
yaitu :
(a) Alokasi
waktu dapat digunakan untuk menentukan kemampuan dan ketrampilan yang akan
diperoleh siswa dalam kelas.
(b)
Alokasi waktu dapat mendorong siswa
untuk lebih memperhatikan penjelasan dan tugas selama pelajaran berlangsung.
b) Tugas-tugas
Interaktif
(1)
Menyediakan Bahan Pelajaran
Secara umum, isi dari fase ini adalah mendapatkan
perhatian siswa dan dorongan mereka untuk aktif pada saat proses pembelajaran
di kelas. Selain itu guru juga memberikan motivasi dan tanggung jawab akademis kepada
siswa agar mereka dapat berpartisipasi selama proses pembelajaran berlangsung.
(2) Menyajikan
dan Mendemonstrasikan
(1) Mencapai
Kejelasan
Kebiasaan
guru di dalam mengajar akan mempengaruhi proses pembelajaran karena kemampuan
guru di dalam menjelaskan secara gamblang dan spesifik membuat siswa dapat
belajar dengan lebih baik.
(2) Memimpin
Demonstrasi
Untuk
mendemonstrasikan suatu konsep atau ketrampilan tertentu secara efektif, guru
dapat melakukannya dengan kemampuan yang telah diperoleh pada saat
latihan-latihan sebelum ia mengajar di kelas.
(3) Menyediakan
Latihan Terbimbing
Beberapa
prinsip yang dapat membimbing guru untuk menyediakan
latihan
adalah :
1) Memberikan
beberapa latihan pendek dan bermakna
2) Memberikan
latihan untuk memperluas pemahaman
3) Lebih
memperhatikan keuntungan dan kerugian dari seluruh latihan yang diberikan serta
menyelesaikan latihan tingkat awal.
(4) Memeriksa
Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik
Fase ini sangat berkaitan erat dengan resitasi.
Seringkali fase ini dikarakterisasikan oleh guru dengan menanyakan kepada siswa
dengan suatu pertanyaan dan siswa akan menjawab pertanyaan tersebut yang mereka
pikir benar. Selanjutnya guru akan menanggapi jawaban yang diberikan siswa.
Bagian ini merupakan aspek yang penting dari metode pembelajaran direct
instruction, karena tanpa mentehaui hasil atau ketrampilan siswa, latihan
yang diberikan guru akan kurang erharga atau sia-sia guru dapat menyediakan
umpan balik secara langsung maupun tidak langsung. Menyediakan umpan balik yang
efektif dalam kelas yang besar dapat ditempuh dengan :
(a) Menyediakan
umpan balik
(b)
Membuat umpan balik secara spesifik
(c) Memusatkan
kepada ketrampilan atau tingkah laku
(d) Menjaga
umpan balik secara tepat untuk membangun tingkat perkembangan siswa.
(e) Penekanan
pada pemberian pujian pada saat umpan balik menunjukkan tampilan yang benar.
(f) Ketika
memberikan umpan balik yang menunjukkan tempilan yang salah, maka guru
memperlihatkan bagaimana memberikan jawaban atau tampilan yang benar.
(g) Membantu
siswa untuk lebih menitik beratkan pada proses bukan pada hasil tampilan atau
jawaban.
(h) Mengajari
siswa bagaimana memberikan umpan balik dan mengukur kemampuan siswa yang lain.
Tood
(1999: 90) memberikan beberapa alasan yang menjelaskan pentingnya umpan balik,
di antaranya adalah:
(a) Umpan
balik adalah salah satu bagian dari interaksi kelas yang tidak dapat
dihindarkan oleh guru.
(b) Umpan
balik dapat digunakan oleh guru untuk mengetahui tingkat perkembangan
ketrampilan dan proses belajar siswa.
(c) Umpan
balik dapat menyediakan kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi dalam proses
pembelajaran.
(5) Menyediakan
Latihan Mandiri
Seringkali
latihan mandiri diberikan kepada siswa sebagai fase terakhir dari metode
pembelajaran direct instruction dalam bentuk pekerjaan rumah (PR).
Pekerjaan rumah atau latihan mandiri adalah suatu kesempatan bagi siswa untuk
menunjukkan ketrampilan atau kemampuan baru yang telah diperoleh, yang
seharusnya digambarkan sebagai lanjutan dari latihan terbimbing. Latihan
mandiri dapat digunakan untuk meperluas waktu belajar siswa. Lathan mandiri
seharusnya tidak diberikan dengan ceroboh. Jika guru tidak menghargainya maka
siswa juga berbuat demikian. Petunjuk umum untuk memberikan latihan mandiri
yang diberikan dalam bentuk PR adalah :
(a) Memberikan
siswa PR yang dapat mereka kerjakan dengan baik.
(b) Memberikan
kepada orang tua, sehingga dapat diketahui tingkat keterlibatan mereka.
(c) Memberikan
umpan balik pada PR yang diberikan.
Langkah-langkah
pembejaran dengan metode pembelajaran direct instruction juga diberikan
oleh Slavin ( 1997 : 232 ) sebagai berkut :
(1) Menetapkan
tujuan pembelajaran dengan mengarahkan siswa pada pelajaran. Memberitahukan
siswa apa yang akan mereka pelajari dan ketrampilan atau kemampuan apa yang
akan diharapkan.
(2) Merangsang
keinginan siswa, terhadap pelajaran dengan memberitahukan meraka seberapa
menarik, penting dan relevan materi pelajaran tersebut bagi mereka.
(3) Memeriksa
pelajaran masyarakat. Memeriksa beberapa ketrampilan atau konsep-konsep yang
dibutuhkan pada materi pelajaran yang akan diberikan.
(4) Menyajikan
materi pelajaran baru. Mengajarkan materi pelajaran, menyajikan informasi,
memberikan contoh, mendemonstrasikan konsep dan sebagainya.
(5) Mengadakan
penyidikan pengajaran. Memberikan pertanyaan kepada siswa untuk menilai tingkat
pemahaman siswa dan membenarkan konsep yang salah.
(6) Menyediakan
siswa untuk kesempatan untuk melatih ketrampilan baru atau menggunakan
informasi baru pada latihan mereka.
(7) Menilai
ketrampilan dan memberikan umpan balik. Memeriksa hasil mandiri atau memberikan
pertanyaan. Memberikan umpan balik pada jawaban yang benar dan mengajar ulang
jika dibutuhkan.
(8) Menyediakan
dan memeriksa latihan yang terdistribusi. Memberikan PR untuk menyediakan
latihan terdistribusi pada materi baru, selanjutnya mengadakan pemeriksaan pada
jam pelajaran berikutnya. Menyediakan kesempatan siswa untuk berlatih dimana
siswa akan dapat mengingat apa yang telah dipelajari dan menerapkan pada
situasi yang berbeda.
Dalam penelitian ini,
menggunakan langkah-langkah pembelajaran dari Slavin, (1997), dengan
pertimbangan langkah-langkah pembelajaran yang diberikan lebih spesifik dan
jelas urutanya. Namun penulis juga menggunakan langkah-langkah pembelajaran
yang telah disebutkan di atas sebagai bahan kajian, pertimbangan dan batasan
pada saat penulis melaksanakan proses pembelajaran di kelas.
E.
Lingkungan
Pembelajaran dan Pengelolaannya (Learning
Environment and Management Tasks)
Guru menyusun lingkungan
pembelajaran secara sangat ketat dan diharapkan siswa menjadi pengamat dan
pendengar seksama.
Kepedulian pengelolaan kelas yang meliputi pengorganisasian tatanan kelas, mempertahankan kecepatan mengajar, aliran, momentum yang sesuai mempertahankan keterlibatan dan partisipasi, penanganan perilaku siswa yang menyimpang dengan tepat.
Kepedulian pengelolaan kelas yang meliputi pengorganisasian tatanan kelas, mempertahankan kecepatan mengajar, aliran, momentum yang sesuai mempertahankan keterlibatan dan partisipasi, penanganan perilaku siswa yang menyimpang dengan tepat.
Pengajaran langsung
memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang sangat hati-hati di pihak guru agar
efektif, pengajaran langsung mensyaratkan tiap detail keterampilan atau isi
didefenisikan secara secara seksama dan demonstrasi serta jadwal pelatihan
direrncanakan dan dilaksanakan secara seksama (Kardi dan Nur, 2000: 8). Menurut
Kardi dan Nur (2000: 8-9), meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan
bersama oleh gur dan siswa, model ini terutama berpusat pada guru. Sistem
pengolahan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya
keterlibatan siswa terutama melalui memperhatikan, mendengarkan, dan resitasi
(tanya jawab) yang terencana. Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada
tugas dan memberi harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik.
Sumber yang digunakan pada pengajaran langsung antara lain buku panduan yang
relevan, dapat juga menggunakan alat demonstrasi yang sesuai dengan materi
pelajaran, seperti mikroskop.
F. Assesmen dan Evaluasi (Assesment and Evaluation)
Model pengajaran
langsung paling cocok digunakan untuk mengajar keterampilan dan pengetahuan yang
diajarkan langkah demi langkah.
Evaluasi seharusnya
memfokuskan pada tes kinerja yang lebih mengukur perkembangan keterampilan
daripada tes tertulis yang mengukur pengetahuan deklaratif.
Siswa dapat menuntaskan
keterampilan yang diajarkan jika guru menggunakan prosedur evaluasi berbasis
kinerja.
Tugas-tugas assesmen
yang berkaitan langsung dengan dengan model pengajaran langsung memberi tekanan
pada praktik dan pada pengembangan dan penggunaan pengetahuan dasar yang sesuai
dan tes kinerja yang secara akurat mengukur ketrampilan sederhana dan kompleks
serta memberi umpan balik kepada siswa.
G.
Kelebihan
dan Kekurangan Pengajaran Langsung
Secara umum
tiap-tiap model pembelajaran tentu terdapat kelebihan-kelebihan yang membuat
model pembelajaran tersebut lebih baik digunakan dibanding dengan model
pembelajaran yang lainnya. Seperti halnya pada model Direct Instruction pun mempunyai beberapa kelebihan yang disajikan
sebagai berikut:
- Dengan model pembelajaran direct instruction, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.
- Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah sekalipun.
- Model ini dapat digunakan untuk membangun model pembelajaran dalam bidang studi tertentu. Guru dapat menunjukan bagaimana suatu permasalahan dapat didekati, bagaimana informasi dianalisis, bagaimana suatu pengetahuan dihasilkan.
- Model pembelajaran direct instruction menekankan kegiatan mendengarkan (melalui ceramah) dan kegiatan mengamati (melalui demonstrasi), sehingga membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini.
- Model Pembelajaran Direct Instruction (terutama kegiatan demonstrasi) dapat memberikan tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan antara teori (hal yang seharusnya) dan observasi (kenyataan yang terjadi).
- Model ini dapat diterapkan secara efektif dalam kelas besar maupun kelas yang kecil.
- Siswa dapat mengetahui tujuan-tujuan pembelajaran dengan jelas.
- Waktu untuk berbagi kegiatan pembelajaran dapat dikontrol dengan ketat.
- Dalam model ini terdapat penekanan pada pencapaian akademik.
- Kinerja siswa dapat dipantau secara cermat.
- Umpan balik bagi siswa berorientasi akademik.
- Model pembelajaran direct instruction dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa.
- Model pembelajaran direct instruction dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan factual dan terstruktur.
Selain
mempunyai kelebihan-kelebihan, pada setiap model pembelajaran akan ditemukan
keterbatasan-keterbatasan. Begitu pula dengan model pengajaran direct instruction.
Keterbatasan-keterbatasan model pengajaran direct
instruction adalah sebagai berikut:
- Karena guru memaikan peranan pusat dalam model ini, maka kesuksesan pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran akan terhambat.
- Model pengajaran direct instruction sangat bergantung pada gaya komunikasi guru. Komunikator yang kurang baik cenderung menjadikan pembelajaran yang kurang baik pula.
- Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci atau abstrak, model pengajaran direct instruction mungkin tidak dapat memberikan siswa kesempatan yang cukup untuk memproses dan memahami informasi yang disampaikan.
- Jika terlalu sering digunakan model pengajaran direct instruction akan membuat siswa percaya bahwa guru akan memberitahu siswa sesmua yang perlu diketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab mengenai pemebelajan siswa itu sendiri.
- Demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan pengamatan siswa. Sayangnya, banyak siswa bukanlah merupakan pengamat yang baik sehingga dapat melewatkan hal-hal yang dimaksudkan oleh guru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar